Minggu, 07 Desember 2014

Belajar dari ustad salim dan ustd.felix

***
         seperti biasa di penghujung sore, sembari menunggu uraian kemacetan depan kantor, saya iseng-iseng mengintip twitter, ternyata sudah lama tidak ada tweet-tweet baru, maklum sok sibuk :D, saya keasikkan berselancar mengunjungi beberapa akun, keluar masuk tanpa tanda hehehe .hingga sampai pada akun ustdz @salimafillah, akun yang selalu saya kunjungi berharap ada ilmu yang bisa saya comot dan aplikasikan di dunia nyata... sampai disini setelah mengutak atik, meretweet ini itu akhirnya saya menemukan postingan video tablig akbar duet ukhuwah antara ustd felix dan ustad salim. tablig akbar yang katanya menghadirkan banyak peserta dari berbagai daerah sekitaran jogja. tertarik??? tentu saja (Y). saya urung pulang, saya memutuskan untuk menyaksikan video itu. berharap ada ilmu baru serta ghiroh baru untuk saya, melihat kondisi saya yang sekarang compang camping karena disibukkan dengan urusan dunia :'(

          perlu waktu 2 jam lebih untuk menyelesaikan video tersebut, di awal-awal pembahasan, saya tidak perlu waktu lama untuk mengakui kebesaran Allah, apa yang di sampaikan oleh penceramah mencair leleh, membuat saya merasa  kecil... kontribusi apa yang telah saya berikan untuk dakwah ini :'(
saya tidak ingin membahas panjang lebar tentang isi tablig akbarnya, semua bisa menyaksikannya di youtube :D. yg menarik perhatian saya adalah adegan sederhana ketika ustadz salim masuk ke dalam ruangan dan menyalami ustadz felix.. saya terharu, keduanya saling rebut mencium tangan satu sama lain. salig merendah, berguru,tanpa merasa bahwa senior ataupun junior. adegan itu mengingatkan saya pada cerita ulama-ulama terdahulu.dua sosok luar basa imam syafi'i dan imam ahmad yang saling menyayangi satu sama lain walaupun dilain sisi mereka sering berbeda pendapat, berguru pada masing2. tanpa merasa tinggi dengan ilmu yang dimiliki. di katakan dalam suatu riwayat
              
Berkata Ishaq bin Rahuyah: “Aku bersama Ahmad di Makkah, dia berkata: “Kemarilah! Aku tunjukkan kepadamu seorang lelaki yang kamu belum pernah melihat orang seperti dia!” Ternyata laki-laki tersebut adalah Imam Syafi’i. (Shifatu As Shofwah, hal. 142, vol. 2)

Tidak sedikit perbedaan pendapat terjadi antara Imam Ahmad dengan Imam Syafi’i. Namun keduanya mengajarkan kita semua akan akhlak yang mulia. Di antaranya, Imam Ahmad selalu mendokan Imam Syafi’I hingga 40 tahun lamanya.
Berkata Ahmad bin Al Laits: “Aku mendengar Ahmad bin Hambal berkata: “Aku akan benar-benar mendo’akan Syafi’i dalam shalatku selama 40 tahun, aku berdoa: ”Ya Allah, ampunilah diriku dan orang tuaku, dan Muhammad bin Idris Asyafi’i.” (Manaqib As Syafi’i lil Baihaqi, hal. 254, vol. 2).


begitulah sikap orang-orang yang berilmu, tidak merasa tinggi karena ilmu, tidak merasa hebat karena jabatan. mereka saling mengisi kekurangan masing-masing di tengah banyaknya perbedaan. semoga kita bisa mengambil pelajaran. terkhusus saya hinggah sampai pada kesimpulan  ilmu tidak harus menjadikan orang lain menjadi sombong, tetapi sebaliknya menjadikan orang semakin tawadhu dan memperbaiki diri di setiap episode hidup kita.

makassar
hamba, yg selalu belajar memperbaiki diri








Tidak ada komentar:

Posting Komentar